Rabu, 23 November 2016

Aku dan Alamku

Dear Alam,

kuletakkan berjuta harapan padamu, tapi harapan itu pun aku hancurkan sendiri. Entah bagaimana dan kenapa?.
karna kau belum memberikan satu kepastian akan langkahku, maka aku pun mundur secara teratur dengan sendirinya.
kuminta bimbinganmu, tapi akupun meninggalkannya tanpa mengucapkan kata permisi kepadmu. Aku tidak marah dan tidak berhak untuk marah! tapi rasa kecewa karna apa yang dinginkan dan kenyataan yang di dapat tidak sesuai.


Dear Alam,

Kembali kepadamu aku berlari menghampiri, ditepi pantai, dipuncak gunung, dipematang sawah, hingga di keramaian metropolitan. 
Tapi......
dimana diriku yang ku mau ? aku seakan tidak mengenal aku, semua berubah menjadi apa dan dimana aku berada. dipantai, aku menjadi kerikil, pasir dan riak ombak. dipuncak gunung aku menjadi angin dan pucuk-pucuk pohon yang meronta karna "angin" dan itu pun diriku sendiri. Dipematang sawah, aku menjadi lumpur yang bercampur kotoran pupuk yang katanya dapat membuat subur, tapi pada dasarnya hanya akan hancur dan lebur. Di keramaian metropolitan pun aku menjadi penonton akan hiruk pikuknya keadaan, menjadi polusi yang meracuni diri.

Dear Alam,

langkahku tak kan terhenti karena aku, karna aku adalah alamku dan alamku adalah hidupku.
aku berjalan bersama alamku untuk membimbing hidupku menuju alamku yang alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar